Manusia silver, yang berjuang membantu perekonomian keluarga (Foto: Dede Sofiyah/TIMES Indonesia) |
Usia Fahri baru 9
tahun. Namun, ia harus banting tulang untuk membantu perekonomian keluarga.
Terhimpit beban ekonomi, mengakibatkan ia turut membantu sang ayah mencukupi
kebutuhan sehari-hari dengan menjadi manusia silver.
Fahri dikenal sebagai anak silver karena
melumuri badannya dengan cat berwarna silver untuk menghibur pengendara di
lampu merah Sumber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Dengan cara itu, ia meraup
rupiah.
Hal ini menyebabkan ia
harus berhenti sekolah. Fahri tidak menjalankan kehidupan normal layaknya
anak-anak pada umumnya. Kini, sudah tidak ada niatan untuk bersekolah kembali
di Sekolah Dasar (SD) Negeri Wanacala, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.
"Enggak mau
sekolah. Maunya bantuin orangtua aja cari uang buat adik-adik di rumah,"
ujarnya, Minggu (24/1/2021).
Pada usia yang
terbilang masih kecil, Fahri sudah memiliki pemikiran untuk inisiatif membantu perekonomian
keluarganya. Menurutnya, sekolah hanya akan menjadi beban bagi kedua
orangtuanya karena kurang mampu untuk membiayainya.
Ia sehari-hari menjadi
manusia silver pada waktu siang menjelang sore."Kalau ada Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP), paling kabur, takut soalnya," imbuhnya.
Kendati demikian, Fahri
memiliki cita-cita yang mulia. Ia ingin menjadi orang yang sukses dan bisa
membahagiakan keluarganya. Akan tetapi, ia memiliki keputusasaan untuk kembali
sekolah.
Sementara itu, ayah
Fahri yakni Rudi mengatakan, anaknya sudah tidak memiliki keinginan untuk
sekolah sejak awal pandemi Covid-19. "Dia sejak pandemi semangatnya turun,
niatan belajarnya sudah tidak ada. Saya juga bingung dan kasihan sama anak
saya," ucap Rudi.
Menurutnya, apalagi di
saat pembelajaran dipindahkan melalui daring. Ia cukup kewalahan karena harus
meminjam handphone dengan bayaran sesuai dengan pemakaian.
"Karena kan kita
enggak punya hp. Jadi, untuk belajarnya, kita pinjam hp cuma bayar. Saya pikir,
dari pada menurunkan semangat anak, sudah saja saya hutang ke tetangga untuk
beli hp supaya dia belajar," katanya.
Namun, sayang, anaknya
yang seharusnya saat ini sudah kelas 4 lebih memilih untuk membantu orang tua
ketimbang sekolah daring. (*)