Berikut ini adalah fakta-fakta seputar pacaran pada remaja seperti dituturkan oleh Roslina Verauli, M.Psi., Psi. (Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com) |
Pada
era modern seperti sekarang ini, berpacaran pada remaja merupakan hal yang
cukup biasa. Meskipun demikian, orang tua sebaiknya tetap harus mengawasi para
remaja yang berpacaran ini agar gaya pacaran mereka tidak berlebihan atau
sampai merugikan diri sendiri dan orang lain.
Roslina Verauli, M.Psi., Psi, seorang psikolog klinis anak, remaja, dan
keluarga memberitahukan fakta-fakta mengenai berpacaran pada remaja seperti
berikut ini:
Riwayat berpacaran
Pada era
1700 – 1800, berpacaran diatur oleh orang tua. Pihak laki-laki secara formal
berkunjung ke rumah keluarga perempuan ditemani oleh teman atau kerabatnya.
Tujuannya, hanya sekedar saling mengenal satu sama lain.
Laki-laki dan perempuan tak diizinkan berduaan, meski setelah perkenalan resmi
sekalipun. Selain itu juga tidak dianjurkan mengenal satu orang saja karena
khawatir menutup kesempatan bagi yang lain untuk berkenalan juga.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Pola kencan mulai mengalami perubahan di penghujung abad ke-19 hingga awal abad
ke-20. Dating tidak seformal sebelumnya, di mana pasangan muda lebih bebas
bertemu tanpa pengawasan orang tua meski orang tua masih punya kendali dalam
memilih pasangan hidup.
Namun, setelah Perang Dunia I, pola pacaran berubah menjadi lebih bebas tanpa
kontrol orang tua bahkan pasangan muda bisa pergi sesering yang mereka suka.
Perempuan bahkan tidak segan-segan untuk bertemu dengan satu lelaki saja terus
menerus tanpa komitmen pernikahan.
Pacaran di usia remaja
Dalam laman
media sosial psikolog Roslina Verauli @verauli.id disebutkan
remaja memiliki sejumlah tujuan saat pacaran, antara lain sekedar
bersenang-senang, mengenal lawan jenis, memiliki teman dekat, mengembangkan
pertemanan, hingga untuk mencoba-coba melakukan aktivitas seksual.
Padahal, di usia remaja cinta masih bersifat sementara. Beda situasi dan
lingkungan, beda pula cintanya. Itulah mengapa disebut sebagai puppy love.
Persis seperti anak anjing (puppy) yang jatuh cinta pada tuan rumah di tempat
ia tinggal. Pindah rumah, pindah juga tuan yang dicinta. Di Indonesia sendiri
ini disebut cinta monyet.
Black dating
Berdasarkan
buku karangan Vera, yang berjudul Teenager 911, dari sejumlah data disebutkan
bahwa setengah dari remaja usia 13 – 19 tahun pernah mengalami kekerasan dalam
hubungan berpacaran. Laporan dari Komnas Perempuan (2017) menyebutkan bahwa ada
2.100 kasus kekerasan dalam berpacaran.