Pacaran dan dunia remaja
sudah seperti dua hal yang sulit dipisahkan. Studi selama beberapa dekade
melihat adanya hubungan antara pacaran dengan proses pengembangan identitas
seorang remaja beranjak dewasa.
Terkait hal tersebut peneliti juga menyadari tidak semua orang pacaran di masa
remajanya. Apakah berarti orang-orang yang tidak pacaran tersebut berbeda
dengan yang lain?
Menurut studi terbaru yang terbit di Journal of School Health tidak ada
perbedaan tumbuh kembang berarti antara remaja pacaran dengan yang tidak.
Peneliti Brooke Douglas dari University of Georgia malah menemukan
kecenderungan remaja yang tidak pacaran lebih sehat mental karena tingkat depresi rendah.
Brooke mengatakan studinya bisa dipakai untuk menangkal pemahaman yang beredar
luas selama ini bahwa remaja harus pacaran.
"Remaja yang tidak pacaran kompetensi sosialnya tidak kekurangan, tetap
punya teman. Sama seperti remaja pacaran," kata Brooke seperti dikutip
dari CNN, Kamis (12/9/2019).
Batasan dari studi peneliti hanya mengandalkan survei wawancara yang berisiko
bias. Responden anak sekolah tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) mungkin tidak
nyaman melaporkan topik sensitif seperti masalah depresi dan bunuh diri.
Brooke sendiri menjelaskan kalau studi jangan ditanggapi sebagai saran agar
para remaja tidak usah pacaran. Melajang hanya satu pilihan yang bisa diambil
dan hal tersebut tidak berarti membuat seorang remaja aneh atau terhambat
secara sosial.
"Studi menegaskan
bahwa tidak apa-apa kalau kamu memutuskan untuk pacaran atau tidak. Keduanya
dapat diterima dan sehat," pungkas Brooke.