Tomi Setiap Hari Berjualan Di Sekitar Istana Bogor |
Hidup itu penuh perjuangan tak kenal tua maupun muda, kaya atau miskin. Lika-liku kehidupan berat atau mudah hidup tetaplah hidup yang butuh perjuangan dan pengorbanan. Hari masih terlalu pagi, remaja lelaki dengan sigap menggelar dagangan di sekitar istana Bogor.
Tomi merupakan remaja
biasa yang memiliki semangat luar biasa. Kesulitan ekonomi yang dialami
keluarganya membuat Tomi berusaha untuk berdiri dan bertahan. Meski sulit Tomi
berusaha untuk tidak mengeluh.
Berbeda dengan anak
seusianya yang menghabiskan waktu dengan tertawa dan berkumpul bersama, Tomi
lebih sering menghabiskan waktu untuk mencari pundi-pundi rupiah.
Kepergian sang ayah
membuat Tomi kini mneyandang status sebagai tulang punggung keluarga.
Jemari-jemari kecilnya menjadi tumpuan ibu dan kedua adiknya. Sebagai anak
tertua Tomi rela menghabiskan waktunya di pinggir jalan untuk berjualan
sayuran.
Penghasilannya tidaklah
besar. Jika dagangannya habis Ia bisa mendapatkan Rp 100 ribu. Rp 70 ribu
disetorkan pada sang paman karena sayuran itu Tomi ambil dari pamannya. Sisanya
barulah Ia berikan pada sang ibu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Inilah Kisah Hidup Perjuangan Tomi
Remaja lelaki bertubuh
mungil ini kerap ditemui di sekitar istana Bogor dan gedung balai kota Bogor.
Walaupun sering nongkrong di sekitar istana Bogor, tentu saja dia bukan salah
seorang penghuni istana. Remaja tanggung itu bernama Tomi. Mengapa ia sering
berada di istana Bogor?
Tomi, bukanlah remaja
biasa. Ia remaja luar biasa. Tomi tumbuh dewasa melebihi usianya. Jika teman
sebayanya menikmati masa remaja dengan penuh riang canda dan tidak sedikit yang
berbuat nakal. Tomi mengisi masa remajanya dengan penuh perjuangan. Bagaimana
tidak, di usianya yang masih belasan sudah menjadi tulang punggung keluarganya.
Kepalan tangan kecilnya menjadi tumpuan hidup ibu dan kedua adiknya.
Tomi adalah sedikit
dari remaja kita yang mau memikul tanggung jawab besar. Sulitnya kondisi
ekonomi sejak ayahnya meninggal, memanggil naluri lelakinya. Tomi bangkit
mengambil alih tanggung jawab sang ayah yang begitu dicintainya. Usianya yang
masih kecil bukan hambatan baginya untuk bekerja. Setiap hari Tomi berjualan
sayuran di sekitar istana Bogor dan balai kota Bogor. Tomi menjual sayurannya
untuk pengunjung yang ingin memberi makan kijang.
Walaupun harus banting
tulang mencari nafkah, Tomi tetap sekolah di sebuah SMU di kota Bogor. Tomi
tetap ingin meraih pendidikan yang tinggi dan memperbaiki kehidupan
keluarganya. Setiap hari Tomi berjualan sayuran yang diambil dari pamannya.
Jika sayurannya habis Tomi mendapat Rp. 100.000, Rp 70.000 disetorkan ke
pamannya dan sisanya diserahkan ke ibunya. Uang sebesar itu digunakan untuk makan
sehari-hari dan membayar sewa rumah sekitar Rp. 400.000/bulan. Tidak mudah
memang hidup bagi Tomi sekeluarga, tapi dengan semangat dan niat ikhlas pintu
rezeki akan terbuka untuk keluarga ini.