Siapakah Aku? Who am I? (Materi Pengembangan Diri Untuk Anak Asrama D'Numb Harekakae)

 

Anak-anak Asrama D'Numb Kelas XII SMA Negeri Harekakae sedang mengikuti kegiatan pelatihan pengembangan diri dengan tema "Siapakah Aku? (Pribadi yang selalu bersyukur)

Mungkin banyak dari kamu ingin sangat tahu siapa dirimu? Untuk apa kamu di sini? Bingung kebatinan, mata bagai buta walau semuanya bisa nampak. Saya akan menjelaskan siapa kamu, siapa aku, siapa saya, dan untuk siapa saya?

SIAPA AKU?

Aku adalah manusia. Aku adalah tunggal. Aku nyata dalam dunia. Aku bukan ilusi dalam nirwana. Seperti ini, saya akan menggunakan kata aku yang berarti aku itu adalah kamu. Aku ini adalah manusia yang telah diberi takdir sesuai porsiku. Aku menyadari jika di dalam tubuhku tak hanya aku, ada banyak yang Tuhan siapkan dalam tubuhku, aku berupa jiwa, roh dan segala sesuatu yang gaib.

Bagaimana anda menguasai diri anda jika anda sudah tahu bahwa tak hanya satu atau tunggal yang berkontribusi dalam diri anda? Hanya satu solusinya, berdamailah dengan diri anda atau berdamai dengan diri sendiri. Jalin hubungan baik dengan diri dan hati anda, tentu anda tidak sendirian. Mintalah bantuan kepada Tuhan agar Tuhan membantu anda dalam usaha berdamai dengan diri anda. Percayalah, Tuhan memiliki semuanya. Memang terdengar atau terlihat konyol ketika saya mengatakan "berdamai dengan diri sendiri" namun tak dapat dipungkiri, jika anda mampu untuk berdamai dengan diri sendiri anda akan dapat menguasai diri anda.

Menguasai hati anda, menemukan siapa sejatinya anda, selalulah anda merasa nyaman dalam lingkup lingkungan seburuk apapun karena ketika anda mampu mengontrol diri dan menguasai jalan pikiran, lingkungan buruk pun akan menjadi tempat nyaman untuk anda. Hal yang ditanyakan seperti pertanyaan "siapa aku" terkadang akan mencuat saat kita pesimis, merasa gagal, merasa terintimidasi, dan merasa terbelakang atas hak yang kita miliki. Percayalah bahwa anda tak sendirian, diri anda jauh lebih hebat dari apa yang anda pikirkan. Tinggal anda yang memilih terus usaha untuk berdamai dengan diri sendiri atau termenung dalam kesedihan, karena anda tidak tahu siapa diri anda sesungguhnya.



UNTUK SIAPA AKU?

Untuk siapa aku? Saya jawab dengan sebuah pertanyaan "siapa kamu?" Saya membuat artikel dengan fase atau tahap yang sudah urut dan tertib. Jawaban dari pertanyaan itu mudah

"ANDA TIDAK AKAN BERGUNA UNTUK SIAPA PUN JIKA ANDA TIDAK KENAL DIRI ANDA SENDIRI, ANDA TIDAK BERMANFAAT UNTUK SIAPA PUN JIKA ANDA TIDAK BERMANFAAT UNTUK DIRI ANDA SENDIRI".

Hidup ini simple sebenarnya, hanya saja tafsiran yang membuat kita bingung seperti robot yang setiap bulan harus di upgrade. Ketenangan menjadi kunci utama anda dalam memperoleh kenyamanan, karena anda harus menyadari anda ini nyata dan anda ini ada. Jika anda tidak ada, anda tidak akan baca artikel ini, simple kan? karena saya sudah bilang hidup ini simple, rumit jika anda membaca artikel ini harus dengan berjalan ataupun harus pakai wifi, kenapa? Logika saja, ketika anda ingin membaca artikel ini dan anda harus pakai wifi temen, sambil jalan atau malah pakai hp temen, anda dapat menghitung sendiri berapa manusia yang anda beratkan.

Berapa orang yg udah nggak enak hati, semuanya rumit. Ini masalah dan menjadi tanggungan. Beda jika anda membaca artikel ini dengan koneksi internet sendiri, dengan hp sendiri dan pas jika anda sedang bersantai, anda memilih waktu yang tepat di antara kerumitan yang membelenggu anda. Dari situ, anda sudah bisa bermanfaat untuk diri anda sendiri, simple kan? Berdamailah dengan dirimu sendiri, kenalilah diri anda. Lewat itu anda akan diajarkan tentang kemandirian, kedewasaan, dan tentunya realistis.

 

Pertanyaan mendasar yang mungkin dihiraukan oleh manusia adalah siapa aku? Lantas, apa definisi yang mampu mengurai pertanyaan tersebut? Pada dasarnya, siapa pun mampu menerjemahkannya dengan menggunakan paradigmanya masing-masing.

 

Bagi saya sendiri, pertanyaan tersebut begitu krusial karena merupakan sebuah titik awal untuk memaknai kehidupan ini dengan lebih bijak. Menurut agama yang saya yakini, Aku (baca: manusia) adalah kumpulan materi yang berasal dari setetes air mani lalu segumpal darah, segumpal daging, dan kemudian ditiupkan ruh sebagai bukti bahwa manusia bukan hanya bersifat materi. Ruh merupakan sebuah pernyataan sikap yang nantinya akan menentukan bagaimana kita memahami kehidupan ini sesungguhnya.

Aku makhluk Tuhan

Saya adalah makhluk Rabbani, tiupan yang suci, ruh yang termasuk urusan Allah, Dia menciptakannya dengan tangan-Nya, Dia meniupkan ke dalam tubuh saya dari ruh ciptaan-Nya, dia memerintahkan malaikat untuk sujud kepada saya, yang mengajari saya semua nama, membebenani saya amanah yang saya sanggupi, menganugrahkan nikmat pada saya baik lahir maupun batin, yang menundukkan untuk saya semua yang ada di langit dan di bumi, yang memuliakan saya dengan pemuliaan yang besar. Dia menciptakan saya dalam bentuk yang sesempurnanya, menganugrahi pendengaran, penglihatan dan hati, menjelaskan kepada saya dua jalan menunjuki saya kepada kedua arah, yang memudahkan jalan bagimu. Dengan izin-Nya, saya dapat menyelam di air, menembus ruang angkasa, dan Ia menanugrahkan saya kemampuan akal dan pikiran untuk menyimak kebesaran-Nya.

Kata orang bijak, “Jika seseorang sudah mengenal jelas siapa dirinya, maka ia akan ia telah mengenal Tuhannya. Jika sudah mengenal Tuhannya, berarti ia sudah mampu memosisikan dirinya sebagai manusia berakal yang senantiasa memberikan kebermanfaatan. Ketika kita sudah mengenal siapa diri kita, lantas kita harus tahu untuk apa kita di bumi ini?

Tujuan kita hidup di bumi ini untuk beribadah kepada-Nya, kawan! Lantas, bagaimanakah kontekstual ibadah itu sendiri? ibadah takhanya melingkupi kegiatan-kegiatan yang sifatnya rohani saja. Tapi pengertian ibadah itu luas, tergantung pada niat, tujuan, dan manfaatnya. Misalnya seperti ini, jika Anda berkunjung ke rumah teman Anda dengan niat silaturahim itu termasuk ibadah, kawan! Pada dasarnya, ibadah itu bersifat veritikal (hubungan dengan Tuhan) dan horisontal (hubungan dengan sesama makhluk hidup).

Berbicara tentang siapa aku, banyak kajian untuk mengungkapnya. Menurut Aristoteles, (yang dikenal sebagai bapak ilmu pengetahuan dan ahli filsafat), setidaknya ada empat aspek untuk mengetahui aku. Salah satunya agama. Bagi saya sendiri, agama mampu mengintegralkan semua pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benak saya. In my humble opinion.

 

 

 

Baca Juga

>

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Share This Article Now!!!