Mengetahui
begitu banyak tantangan yang dihadapi remaja saat ini tentu membuat Anda
sebagai orang tua khawatir. Jika dapat ditulis, tampaknya cukup panjang daftar
hal yang harus orang tua lakukan untuk membentengi remaja dari perilaku
berisiko seperti bullying, rokok, seks bebas, pornografi, tawuran, atau
narkoba. Memberi nasihat mengenai bahayanya perilaku tersebut merupakan hal
termudah, namun Anda juga sadar bahwa tidak mungkin mengawasi seluruh
aktivitasnya untuk memastikan ia aman.
Namun,
tahukah Anda bahwa sebenarnya pengawasan dan nasihat orang tua tidak 100%
menjamin anak terhindar dari perilaku berisiko? Ada hal yang lebih penting,
yaitu konsep diri remaja.
Apa itu konsep diri?
Menurut
Carl Rogers, penemu psikologi humanistik, konsep diri adalah pengetahuan
seseorang tentang siapa dirinya, baik tentang kepribadian, kemampuan, dan
perilaku. Konsep diri mulai tumbuh pada awal masa kanak-kanak dan terus
berkembang sepanjang hidup manusia. Namun, konsep diri berkembang paling intens
di masa remaja dan akan memberi landasan hidup remaja ke depannya. Alasannya,
di masa remaja lah seseorang mencoba berbagai macam karakter dan peran. Karena
itulah, masa remaja merupakan periode kunci bagi konsep diri.
Apa yang mempengaruhi positif
negatifnya konsep diri?
Konsep
diri terdiri dari tiga hal, yaitu pendapat remaja mengenai dirinya (self-image),
cara remaja menghargai dirinya dibandingkan dengan orang lain (self-esteem),
dan sosok ideal yang remaja ingin capai (ideal self). Baik buruknya konsep diri
akan bergantung pada sukses tidaknya remaja di area yang mereka anggap penting
dan pendapat orang tentang dirinya. Penerimaan orang lain dan kesuksesan remaja
akan memperkuat konsep diri dan harga dirinya.
Sebagai
contoh, jika remaja tidak memiliki banyak teman namun ukuran kesukesan baginya
adalah memiliki banyak teman, maka ia akan mengangap dirinya gagal. Terlebih
lagi, jika teman-temannya menganggap dirinya berbeda sehingga tidak pernah
mengajaknya berinteraksi. Maka, ia akan memiliki konsep diri yang negatif juga
memiliki kepercayaan diri yang rendah. Orang tua yang lebih banyak mengkritik
dibandingkan memberi apresiasi juga dapat membuat remaja memiliki konsep diri
negatif.
Penelitian
Curran & Hill yang dimuat di Psychological Bulletin tahun 2019
menunjukkan bahwa remaja usia kuliah di AS, Inggris, dan Kanada cenderung
semakin perfeksionis, dan terkadang mematok standar yang tidak realistis untuk
dirinya sendiri. Ini juga dapat membuat remaja selalu merasa gagal.
Kondisi
seperti ini rentan membuat remaja terjerumus ke dalam perilaku berisiko,
apalagi jika orang tua, guru, atau orang dewasa di sekitarnya tidak segera
menyadarkan remaja bahwa dirinya berarti.
Bagaimana konsep diri yang negatif
bisa mendorong terjadinya perilaku berisiko?
Karena
konsep diri berkaitan dengan seberapa baik remaja tersebut mengenal dirinya,
maka remaja yang tidak tahu siapa dirinya akan berusaha mencari identitas diri
dengan cara mencoba berbagai hal. Jika lingkungan pertemanannya ternyata rentan
dengan perilaku berisiko, maka remaja akan lebih mudah terbawa arus mengingat
penerimaan dari teman sebaya merupakan hal penting dalam hidupnya. Citra remaja
“keren” yang ditunjukkan media juga dapat mendorong remaja mencoba hal
berisiko, seperti seks bebas, merokok, narkoba, apalagi jika orang tua tidak
menanamkan nilai-nilai keluarga sejak dini.
Agar
konsep diri remaja positif, apa yang harus dilakukan?
Konsep
diri positif dapat membuat remaja berpikir bahwa dirinya dan masa depannya
terlalu berharga untuk melakukan hal-hal berisiko. Untuk sampai ke titik
tersebut, remaja sangat membutuhkan bantuan orang tua dan lingkungan sekitarnya
termasuk guru di sekolah. Beberapa cara dari situs Mindful ini dapat
dilakukan untuk membangun konsep diri yang positif pada remaja:
1. Melakukan aktivitas fisik
Remaja
mulai sadar akan penampilan dan bentuk tubuhnya. Olahraga, paskibra, menari
dapat membuatnya lebih sehat dan percaya diri.
2. Cintai diri sendiri
Jangan
selalu membandingkan diri dengan orang lain. Sebaliknya, terimalah kekurangan
diri, beri apresiasi diri sendiri jika telah berusaha maksimal.
3. Fokus pada kelebihan
Menemukan
minat dan bakat dapat membuat remaja memiliki konsep diri yang positif. Lakukan
aktivitas yang dapat mengasah minat tersebut.
4. Membantu orang lain
Membantu
orang lain yang tidak dikenal, termasuk aktif dalam gerakan kemanusiaan dan
lingkungan, membuat remaja merasa memiliki dampak positif di luar diri mereka
sendiri.
Karena
itu, investasikan waktu Anda untuk membangun konsep diri positif pada anak, yang
bisa terus dimilikinya hingga dewasa. Mengajak anak untuk membaca artikel ini, bisa
juga lho!