Anak-anak asrama D'Numb yang baru Tahun Ajaran 2021/2022 sedang mengikuti Pelatihan Doa Bahasa Inggris |
Perubahan sikap perilaku sosial religius atau sosial
keagamaan remaja pada zaman sekarang ini berkembang sangat pesat. Ini seiring
dengan perkembangan zaman sehingga dapat mempengaruhi mental spiritualitas
siswa pada umumnya. Bagi siswa yang lemah pengetahuannya akan mudah terseret
oleh arus perubahan zaman yang terkadang lebih cenderung ke dampak negatif
daripada ke dampak yang positif.
Menurut buku pedoman Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti di sekolah negeri dan umum (Kemen Dikbud RI Revisi 2016), sekolah
melalui pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti secara jelas bertujuan untuk
membentuk/membangun karakter siswa, untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan
dan pengetahuan dalam memperdalam iman kristiani dalam kehidupan pribadi dalam
bergaul di masyarakat berbangsa dan bernegara.
Di Asrama D’Numb Harekakae, siswa-siswinya (anak
asrama) masih dalam kategori remaja yang tidak luput dari pengaruh perubahan
perkembangan zaman. Kondisi karakter sosial religius siswa masih sangat rendah.
Secara individu rata-rata belum mengerti pendidikan agama Katolik dan budi
pekerti adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam
rangka mengembangkan kemampuan siswa untuk memperteguh iman dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai Kompetensi Dasar dan Spirit Kehidupan Asrama
D’Numb Harekakae, Kabupaten Malaka.
Nonton Bareng (Bioskop Mini) di Asrama D'Numb Harekakae, Kabupaten Malaka |
Hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan
penghormatan terhadap agama lain dalam membangun kerukunan antarumat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Secara tegas dapat
dikatakan bahwa pendidikan agama Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha
untuk membantu siswa berinteraksi melalui pemahaman, pergumulan dan penghayatan
iman. sesuai dengan Iman Katolik.
Pandangan mengenai Kerajaan Allah dan duniawi
diharapkan membuat iman siswa semakin diteguhkan. Kompetensi Dasar Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan agar siswa/i (anak asrama) memiliki
kemampuan untuk membangun hidup beriman kristiani yang berarti membangun
kesetiaan pada Injil Yesus Kristus yang memiliki keprihatinan tunggal yaitu
Kerajaan Allah. Kompetensi Dasar lain yakni peristiwa penyelamat dan perjuangan
untuk perdamaian, keadilan, kebahagiaan, kesejahteraan dan kesetiaan,
kelestarian lingkungan hidup yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai
agama dan kepercayaan.
Dalam pendidikan Pelatihan Perkembangan Diri (Self
Development) di Asrama D’Numb Kabupaten Malaka menggunakan pendekatan
Saintifik. Dalam pembelajaran Pendidikan Pelatihan Pengembangan Diri lebih
menekankan pada pengalaman aktual, sering disebut pendekatan kateketis
berorientasi pada pengetahuan yang tidak lepas dari pengalaman, yakni
pengetahuan yang menyangkut pengalaman hidup siswa (anak asrama). Pengalaman
diproses melalui refleksi pengalaman hidup selanjutnya menjadi internalisasi
pembentuk karakter siswa.
Pengetahuan iman tidak akan mengembangkan diri siswa
jika ia tidak mengambil keputusan, itulah yang menjadi tahapan kritis sekaligus
sentral dalam pembelajaran pendidikan agama Katolik tentang pokok pewartaan
Yesus yaitu Kerajaan Allah.
Fase remaja merupakan fase yang pasti dilalui oleh
setiap orang pada fase ini seseorang akan mengalami banyak perubahan meliputi
perubahan fisik, psikologis dan sosial, hal ini dikarenakan masa peralihan
anak-anak menjadi dewasa. Fase remaja merupakan fase yang sulit dan kesuksesan
seseorang di masa yang akan datang seringkali dipengaruhi oleh keberhasilan
seseorang melewati fase remaja ini.
Seyogyanya fase remaja ini mampu dimanfaatkan dengan
baik oleh seseorang untuk mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki. Pada
Fase remaja seseorang mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan
yang berbeda satu sama lain. Ada yang lebih berminat di bidang seni, sedangkan
yang lain lebih berminat di bidang olah raga. Demikian juga mereka mulai sadar bahwa
kemampuan mereka juga berbeda satu sama lain. Ada yang lebih mampu dalam bidang
matematika, sedang yang lain dalam bidang bahasa, olahraga atau seni. Dengan
memahami kemampuan diri sedari awal seseorang mampu merencanakan karir sedini
mungkin.