REMAJA
KRISTEN DI TENGAH KUNGKUNGAN ZAMAN
Son
Kuswadi, ahli informatika dari ITS Surabaya dalam Talk Show "Internet
Sehat" di Universitas Surabaya (Ubaya) tanggal 29 Maret 2009, menyatakan
laporan NRC (The National Research Council) tahun 2002 bahwa industri
pornografi melaporkan 20-30 persen remaja di dunia yang
berusia 8-17 tahun mengakses situs porno, secara rutin. Itu data tahun 2002 dan
kemungkinan besar sekarang ini jumlahnya semakin meningkat. Son Kuswadi, yang
juga adalah Staf Khusus Menkominfo, melanjutkan bahwa 90 persen remaja telah
mengakses situs porno. Para remaja semula mengklik situs porno secara tidak
sengaja. Hal ini berarti industri pornografi cukup canggih dalam menjebak
remaja, karena itu perlu mewaspadainya dengan melakukan filter dan juga melalui
jalur hukum yang berlaku. (Kompas.com, 29 Maret 2009)
Pergumulan
seperti di atas merupakan salah satu tantangan serius yang dihadapi para remaja
di tengah zaman yang
semakin berkembang. Di samping itu masih ada banyak pergumulan lain yang juga
dihadapi oleh remaja seperti narkoba, miras, broken home, persahabatan,
pacaran, keraguan iman, study, tawuran, ketakutan akan masa depan dan lain
sebagainya. Pengenalan yang tepat akan kehidupan remaja, menolong kita
untuk mendampingi mereka melewati berbagai pergumulan tersebut.
Masa
Remaja
Masa
remaja (Adolescence) berasal dari bahasa Latin adolescere yang
berarti “bertumbuh menjadi matang” (grow into maturity). Merupakan tahapan
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Secara teoritis beberapa
tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari
sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti
tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Dari
kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:
Periode Masa Puber (usia 12-18 tahun) dan Periode Remaja Adolesen (usia 19-21
tahun).
Sebenarnya
remaja sendiri merasa tidak nyaman dengan kondisinya yang “berada di
tengah-tengah”, tidak jelas akan “status”nya, tidak bisa dikatakan sebagai
anak-anak lagi tetapi juga belum bisa dikatakan sebagai orang dewasa. Tidak
heran bila remaja seringkali terlihat membingungkan, menjengkelkan dengan
segala tingkah lakunya yang merepotkan orang lain. Itu merupakan kompensasi
dari ketidakmengertian, ketidaknyamanan remaja terhadap dirinya sendiri.Hal ini
sering disebut sebagai “strom and stress” yaitu perasaan bergejolak dalam
remaja karena adanya berbagai perubahan baik yang terjadi dalam dirinya maupun
lingkungannya.
Tugas
Perkembangan Remaja
Setiap
tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Bila
seseorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya maka pada
tahap perkembangan berikutnya akan terjadi masalah atau krisis pada diri
seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja perlu diketahui
tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara
lain:
Pada
masa remaja ini ada satu tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh remaja
yaitu menemukan identitas diri.Identitas diri merupakan perasaan keunikan
seseorang, keinginan untuk menjadi orang yang berarti dan mendapat pengakuan
dari lingkungan sekitarnya.Tetapi karena remaja berada pada tahap yang
membingunkan, maka tidak heran bila remaja mengalami identity confusion. Remaja
harus ditolong untuk menemukan identitas dirinya agar tidak berlarut-larut di
kemudian hari menjadi orang yang memiliki citra diri yang lemah.
Ajar
remaja untuk mengetahui bahwa dirinya berharga di mata Tuhan bukan karena
kondisi fisiknya, talentanya, kepintarannya, status keluarganya, tetapi karena
Tuhan mencintai dia.Tuhan sangat menganggap remaja berharga sehingga IA rela
mati untuk menebus dosa-dosanya (lihat Yesaya 43:4&7).
Remaja dapat menerima keadaan
fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
Sebagian
besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari
penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh
tertentu.
Remaja dapat memperoleh kebebasan
emosional dari orangtua
Usaha
remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku
"pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas
perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat
diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di
luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional
dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya
yang senasib dengannya. Jika orangtua tidak menyadari akan pentingnya tugas
perkembangan ini, maka remaja ada dalam kesulitan besar.
Remaja mampu bergaul lebih matang
dengan kedua jenis kelamin
Pada
masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan.
Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah
mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki
tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani
bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut
menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut.
Remaja mengetahui dan menerima kemampuannya
sendiri
Banyak
remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai
kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang
kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal
tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya
sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja
akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau
bahkan sampai tua sekalipun).
Remaja memperkuat penguasaan diri
atas dasar skala nilai dan norma
Skala
nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan
orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari
bintang-bintang idola yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang
diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti
siapakah "aku"?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam
mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya.
Krisis
Zaman
Di
dalam setiap zaman, kita harus senantiasa dapat melihat kesempatan, krisis dan
segala kemungkinan potensi dari zaman itu. Tuhan tidak melahirkan kita di zaman
yang sudah lalu dan Tuhan juga tidak melahirkan kita di zaman yang akan datang.
Maka "aku" yang dilahirkan di dalam zaman ini, harus dikaitkan dengan
zaman ini.
Kondisi
zaman ini yang sarat dengan nilai-nilai materialisme, pragmatisme,
hedonisme, konsumerisme dan lain sebagainya, menjadi tantangan besar bagi
para remaja dalam menjalani tugas perkembangannya. Pengaruh dari media massa
dan sumber-sumber informasi yang tidak tepat dan kurang mendidik telah
”mengacaukan” proses pembentukan nilai-nilai hidup para remaja. Misalnya saja
yang menjadi pandangan masyarakat saat ini tentang kesuksesan atau keberhasilan
yang semata-mata hanya diukur dari materi yang dimiliki. Pendeta Eka
Darmaputera sangat tepat ketika mengatakan bahwa generasi muda saat ini
seolah-olah cuma punya 3 pilihan dalam menghadapi status quo dan
kemapanan di sekitar mereka : (a) melarikan diri; (b) menghanyutkan diri; (c)
menjadi amat reaktif dan agresif.
Generasi
muda sekarang ini dipacu dan diburu untuk mengejar sukses, sukses dalam arti
eksternal dan material. Meraih kedudukan setinggi-tingginya, memiliki
kekayaan sebanyak-banyaknya, menikmati kemewahan dan kesenangan
sebesar-besarnya. Sukses yang lebih banyak ditentukan oleh what you have,
bukan oleh what you are; oleh how much you have, bukan oleh how
good you are. Di dalam masyarakat kita sekarang, karakter seperti kejujuran,
integritas, moral, keberanian, dan sebagainya justru menutup banyak pintu
kesempatan dan kemungkinan. Sebaliknya, sukses membuka lebar-lebar hampir semua
pintu. Bagaimana orang tidak tergoda ?
Eka
Darmaputera melanjutkan bahwa membangun sebuah masyarakat hanya berdasarkan
sukses-sukses kuantitatif yang bersifat material dan eksternal adalah ibarat
membangun sebuah menara Babel; yang puncaknya menggapai langit namun dengan
fondamen keropos. Semakin tinggi menara itu, kerobohannya akan berakibat
semakin fatal. Fondamen itu adalah karakter. Generasi saat ini sedang
kita biarkan tumbuh tanpa karakter!
Membangun
Remaja Kristen
Motto “Student
Today, Leader Tomorrow” bukanlah hal yang asing di telinga kita. Visi
inilah yang terus dikumandangkan dan menantang kita untuk melayani generasi
muda (secara khusus siswa) di zaman ini, yang kita yakini merekalah yang akan
menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Pelayanan Perkantas harus terus
menancapkan visi ini dengan kuat dan semakin dalam, sehingga
kita semua terus disegarkan dalam kerinduan dan kerja keras untuk melayani para
siswa di negeri tercinta ini.
Firman
Tuhan di dalam Amsal 22:6 menyatakan, “Didiklah orang muda menurut jalan yang
patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada
jalan itu”. Kata “didiklah” (train, NIV), di dalam bagian lain Perjanjian Lama
diterjemahkan “mentahbisakan” untuk rumah Tuhan (1 Raja 8:63, dedicate,
NIV). Hal ini mengingatkan kita bahwa training mengandung pengertian
“mendedikasikan” atau “mengkhususkan” dan seharusnya memiliki tujuan. Mendidik
bukanlah perkara yang mudah, karena di dalamnya terkandung pengertian bukan
hanya menyampaikan teori, tetapi juga melatih tindakan nyata yang harus terus
dibangun dengan disiplin. Didikan yang tepat pada masa muda, akan berdampak
besar dalam kehidupan.
Melayani
orang muda (remaja), adalah sesuatu yang sangat penting, meskipun bukanlah hal
yang mudah. Apa yang kita harapkan akan terjadi di masa yang akan datang di
dalam bangsa ini, sangat bergantung kepada apa yang kita lakukan dalam
kehidupan generasi muda saat ini. Kita terus mempersiapkan suatu generasi yang
mencintai Tuhan lebih dari segala sesuatu dan membenci dosa lebih dari
segalanya.
Di
tengah-tengah generasi yang krisis teladan ini, kita membutuhkan
pribadi-pribadi yangtidak hanya tahu banyak teori tentang kekristenan, tapi
yang juga berani berjuang untuk hidup sesuai dengan kebenaran.
Pelayanan
di dunia remaja/siswa adalah pelayanan yang strategis untuk mempersiapkan
pemimpin-pemimpin di masa mendatang. Ada ungkapan yang mengatakan “Lebih
awal, lebih baik” (the earlier the better), tentunya hal ini juga berlaku untuk
konteks pelayanan siswa. Lebih awal para remaja/siswa mendengarkan Injil,
bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka, lebih awal
juga mereka bisa dididik untuk menjadi murid sejati.
Marilah
kita terus mendukung untuk pelayanan remaja/siswa ini, agar Tuhan berkenan
memakai berbagai wadah yang ada untuk mendidik orang-orang muda menurut jalan
yang benar, sehingga pada masa tuanya pun mereka tidak akan menyimpang dari
pada jalan itu. To GOD be the Glory!
Baca Juga
>
Okkkk
BalasHapus