Senandung Nirmala (Cerita Pendek Remaja)

 


Bila Tuhan berkehendak, tak ada yang mustahil di dunia ini. Kadang orang menyebutnya karunia, berkah, keajaiban, fenomena. Namun bagiku, kehendak Tuhan bernama keberuntungan.

 

Nirmala, adalah nama pemberian Ibu panti. Beliau bercerita, nama itu tiba-tiba terlintas. Saat pertama kali menemukanku, di depan gerbang panti asuhan kami.

 

Bayi mungil yang cantik berkulit bersih, mata berwarna biru, rambut tipis berwarna cokelat, dan tersenyum saat digendong.

 

Keranjang tempatku ditemukan, beralaskan kertas bekas, bertuliskan Nirmala dan Oki. Aku pun heran, padahal nama Oki lebih mudah diucapkan. Namun, beliau berkata bahwa aku kelak akan secantik Nirmala.

 

 

Sayang sekali, aku tidak bisa membuktikan cerita Ibu panti. Bagaimana rupa dan penampilanku di dalam cermin. Aku, hanya mendengar dari mereka yang melihat dan berbicara padaku.

 

Keberuntungan pertama yang kurasakan. Meskipun aku tidak bisa melihat, selalu ada orang baik yang menyayangi dan berbagi cerita padaku.

 

Aku tumbuh dalam lingkungan panti, belum ada yang ingin mengasuhku dalam keluarga utuh. Mungkin, karena keberuntunganku juga. Bahkan, aku beruntung belum pernah merasakan mempunyai orang tua. Tak ada perasaan sedih karena merindukan. Toh, Ibu panti adalah segala untukku.

 

"Ssst Nirmala, apa kau gugup?" tanya Ka Dion mengagetkanku.

 

"Tidak Ka, sama sekali tidak," jawabku.

 

"Apa yang sedang kau lakukan?" Ka Dion kembali bertanya.

 

"Aku sedang merekam suaraku, Ka." Jawabku.

 

 

"Baik, semoga sukses," ucap Ka Dion.

 

Entah darimana datangnya Ka Dion, sungguh aku tidak menyadarinya. Padahal, biasanya pendengaranku bisa diandalkan.

 

Salah satu keberuntungan, dapat mendengarkan dengan baik. Nasihat, dan doa Ibu panti, guru, kakak kelas dan teman-teman. Semua aku ingat dan simpan dengan baik. Mereka bilang, aku pendengar yang handal.

 

Ka Dion adalah kakak asuhku, dia yang pertama kali berkata, suaraku merdu. Hingga, Ibu panti menambah kegiatan bernyanyi di sela-sela waktu belajarku.

 

 

Kehidupan panti, adalah yang terbaik. Mungkin, karena aku tidak pernah merasakan kehidupan bersama ayah dan ibu kandung. Meskipun, kadang sepertinya menarik hidup dalam keluarga kecil yang bahagia.

 

Bahagia, ya bahagia. Aku bahagia dengan kasih sayang Ibu panti dan teman-teman semua. Menjalani hari-hari dengan kebersamaan dan cinta. Dari mulai bangun tidur, hingga kembali tertidur.

 

Kami makan bersama, main bersama, mengaji dan belajar bersama. Kadang, aku merindukan teman-teman yang sudah diasuh oleh orang tua lain. Namun aku bersyukur, mengingat mereka akan lebih bahagia di tempat baru.

 

Keberuntungan menyertaiku, berada di antara orang-orang baik. Bahkan, saat aku terjatuh dan kesakitan. Beruntung aku masih bisa bangkit berdiri dan kembali berjalan.

 

"Nirmala, sudah siapkah, Cantik?" suara lembut Ibu panti bertanya kepadaku.

 

Aku menarik nafas panjang dan berkata, "Siap Ibu."

 

"Syukurlah, penggemar sudah tak sabar mendengarkan kamu bernyanyi," ucap Ibu panti seraya mencium keningku.

 

 

Sampai di sini dulu teman-teman, mungkin besok aku akan merekam diary terbaru. Setelah menyelesaikan rangkaian pentas menyanyi.

 

**

Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.

 

Dian Al Batami

 

 



 

Baca Juga

>

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Share This Article Now!!!