Bila Tuhan berkehendak, tak ada yang mustahil di
dunia ini. Kadang orang menyebutnya karunia, berkah, keajaiban, fenomena. Namun
bagiku, kehendak Tuhan bernama keberuntungan.
Nirmala, adalah nama pemberian Ibu panti. Beliau
bercerita, nama itu tiba-tiba terlintas. Saat pertama kali menemukanku, di
depan gerbang panti asuhan kami.
Bayi mungil yang cantik berkulit bersih, mata
berwarna biru, rambut tipis berwarna cokelat, dan tersenyum saat digendong.
Keranjang tempatku ditemukan, beralaskan kertas
bekas, bertuliskan Nirmala dan Oki. Aku pun heran, padahal nama Oki lebih mudah
diucapkan. Namun, beliau berkata bahwa aku kelak akan secantik Nirmala.
Sayang sekali, aku tidak bisa membuktikan cerita Ibu
panti. Bagaimana rupa dan penampilanku di dalam cermin. Aku, hanya mendengar
dari mereka yang melihat dan berbicara padaku.
Keberuntungan pertama yang kurasakan. Meskipun aku
tidak bisa melihat, selalu ada orang baik yang menyayangi dan berbagi cerita
padaku.
Aku tumbuh dalam lingkungan panti, belum ada yang
ingin mengasuhku dalam keluarga utuh. Mungkin, karena keberuntunganku juga.
Bahkan, aku beruntung belum pernah merasakan mempunyai orang tua. Tak ada
perasaan sedih karena merindukan. Toh, Ibu panti adalah segala untukku.
"Ssst Nirmala, apa kau gugup?" tanya Ka
Dion mengagetkanku.
"Tidak Ka, sama sekali tidak," jawabku.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Ka Dion
kembali bertanya.
"Aku sedang merekam suaraku, Ka." Jawabku.
"Baik, semoga sukses," ucap Ka Dion.
Entah darimana datangnya Ka Dion, sungguh aku tidak
menyadarinya. Padahal, biasanya pendengaranku bisa diandalkan.
Salah satu keberuntungan, dapat mendengarkan dengan
baik. Nasihat, dan doa Ibu panti, guru, kakak kelas dan teman-teman. Semua aku
ingat dan simpan dengan baik. Mereka bilang, aku pendengar yang handal.
Ka Dion adalah kakak asuhku, dia yang pertama kali
berkata, suaraku merdu. Hingga, Ibu panti menambah kegiatan bernyanyi di
sela-sela waktu belajarku.
Kehidupan panti, adalah yang terbaik. Mungkin,
karena aku tidak pernah merasakan kehidupan bersama ayah dan ibu kandung.
Meskipun, kadang sepertinya menarik hidup dalam keluarga kecil yang bahagia.
Bahagia, ya bahagia. Aku bahagia dengan kasih sayang
Ibu panti dan teman-teman semua. Menjalani hari-hari dengan kebersamaan dan
cinta. Dari mulai bangun tidur, hingga kembali tertidur.
Kami makan bersama, main bersama, mengaji dan
belajar bersama. Kadang, aku merindukan teman-teman yang sudah diasuh oleh
orang tua lain. Namun aku bersyukur, mengingat mereka akan lebih bahagia di
tempat baru.
Keberuntungan menyertaiku, berada di antara orang-orang
baik. Bahkan, saat aku terjatuh dan kesakitan. Beruntung aku masih bisa bangkit
berdiri dan kembali berjalan.
"Nirmala, sudah siapkah, Cantik?" suara
lembut Ibu panti bertanya kepadaku.
Aku menarik nafas panjang dan berkata, "Siap
Ibu."
"Syukurlah, penggemar sudah tak sabar
mendengarkan kamu bernyanyi," ucap Ibu panti seraya mencium keningku.
Sampai di sini dulu teman-teman, mungkin besok aku
akan merekam diary terbaru. Setelah menyelesaikan rangkaian pentas
menyanyi.
**
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama tokoh
dan tempat hanyalah kebetulan semata.
Dian Al Batami